Devotion, 2 November 2022
Keluaran 2:23-25
Lama sesudah itu matilah raja Mesir. Tetapi orang Israel masih mengeluh karena perbudakan, dan mereka berseru-seru, sehingga teriak mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah.
Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub.
Maka Allah melihat orang Israel itu, dan Allah memperhatikan mereka.
Karena pandemi, hari-hari ini kita mudah melihat orang-orang yang mengeluh dan meratap. Ada yang gajinya dipotong, kewalahan karena tugas sekolah yang sangat banyak, tak bisa hangout dengan teman atau keluarga, atau bahkan ada pula yang meratap karena ditinggal selama-lamanya oleh orang-orang terkasih. Kak Yafet yakin, kita pun punya keluhannya sendiri-sendiri.
Di tengah beragam keluhan itu, kakak teringat dengan pergumulan bangsa Israel di dalam Keluaran 2:23-25ππ» Penggalan firman Tuhan itu menceritakan keadaan ketika bangsa Israel hidup dalam perbudakan bangsa Mesir. Mereka ditindas dengan cara melakukan kerja paksa. Bayi laki-laki dan perempuan Israel terancam dibunuh dan dilemparkan ke sungai Nil. Penderitaan ini membuat bangsa Israel mengerang dan berteriak pada Allah. Allah mendengar seruan Israel. Allah mengingat kovenan yang dibuat-Nya dengan Abraham, Ishak, dan Yakub. βMengingatβ di sini bukan berarti Allah hanya mengenang, tapi Allah sungguh bertindak. Allah mengutus Musa sebagai pemimpin yang kelak membawa bangsa Israel keluar dari tanah perbudakan.
Kisah pertolongan Allah atas Israel mengingatkan kita bahwa Allah sejatinya tidak mengabaikan ratapan umat-Nya. Namun, ratapan seperti apakah yang seharusnya kita lakukan ketika kita menghadapi penindasan atau penderitaan?
N.T Wright, seorang hamba Tuhan pernah mengatakan, bahwa ratapan adalah momen ketika kita mengakui dengan jujur bahwa kita sama sekali tidak mengetahui alasan di balik suatu kejadian ataupun hasil akhirnya.
Sebagaimana Allah menjawab seruan Israel dan juga orang-orang pilihan-Nya, sejatinya ratapan kita pun tak diabaikan-Nya.
Kita dapat membawa seluruh kegelisahan yang kita alami, keraguan yang kita miliki, kesakitan yang kita rasakan ke hadapan Allah tanpa perlu menyembunyikan apa pun.
Kak Yafet tidak tahu apa yang menjadi pergumulan masing-masing kita, tetapi saat ini kakak ingin mengajak kita semua agar dalam masa-masa sulit sekalipun, kita membuka hati untuk menyampaikan ratapan kita dan berfokus kepada Allah saja. Amin.
Tuhan Yesus memberkati π
-Kak Yafet-