Kebaktian Umum GKMI Gloria Patri
“Hati yang Melekat”
Oleh: Pdt. Em. Peter Hiendarto
Arsip Kategori: Ibadah dan Kebaktian
Ibadah Komisi Anak GP Kids – 26 Desember 2021
Ibadah Komisi Anak GP Kids
“Sukacita Gembala”
Oleh: Kak Uni
Kebaktian Natal GKMI Gloria Patri – Oleh: Pdt. Jakson Rumagit
Kebaktian Natal GKMI Gloria Patri
“Satu Rasa”
Oleh: Pdt. Jakson Rumagit
Kebaktian Malam Natal GKMI Gloria Patri – Peace in Chaos
Kebaktian Malam Natal GKMI Gloria Patri
“Peace in Chaos”
Worship Night & Life Testimony
Kebaktian Umum Minggu Adven IV GKMI Gloria Patri – Oleh: Ev. Tientien K. Lienardy
Hati Majusi
Matius 2:1-12
Sebenarnya fenomena langit apa yang dilihat para majus, yang menuntun mereka dari Timur ke Yerusalem, lalu ke Betlehem, ke tempat di mana Kanak-kanak Yesus berada? Para majus menyebutnya “bintang-Nya” (v.2). Bintang yang menandai lahirnya sang “raja orang Yahudi”. Apapun hakikat bintang yang misterius itu, yang pasti ia mengajarkan bahwa Allah benar-benar mahakuasa. Ia dapat menggunakan setiap ciptaan-Nya, termasuk bintang, untuk mengerjakan dan memenuhkan kehendak-Nya.
Siapakah orang Majus? Mereka adalah orang-orang pandai. Dalam bahasa Yunani mereka disebut magoi, sebuah istilah yang merujuk ke banyak kemungkinan jenis orang termasuk para peramal, ahli sihir, imam, dan ahli perbintangan. Karena kaitannya dengan bintang dalam kisah ini, maka patut diduga mereka yang datang ke Yerusalem itu adalah kelompok yang disebut terakhir : ahli perbintangan. Diduga mereka datang dari Babilonia atau Persia, darimana kata magus itu berasal.
Siapakah orang majus? Mereka adalah orang yang punya kegigihan dan keterarahan hati. Begitu melihat makna astrologis di balik bintang tsb, orang majus memiliki keterarahan hati hanya kepada Tuhan. Seperti diungkapkan mereka, “Dan kami datang untuk menyembah Dia (ay. 2). Perjalanan yang panjang, berat dan melelahkan, tidak mengalihkan tujuan kedatangan mereka.
Siapakah orang majus? Mereka adalah orang-orang yang mempunyai kerendahan hati, penundukan diri dan segala pengetahuannya, untuk menaati tuntunan Tuhan. Kendati mereka bukan orang Yahudi dan tidak mengenal Taurat atau firman Tuhan. Selain oleh bintang, para majus juga dipimpin oleh mimpi, seperti tertulis di ayat 12, dan oleh firman, ini yang terpenting. Perjumpaan dengan firman yang menuntun mereka berjumpa dengan kanak-kanak Yesus (ay. 4). Penundukan diri dan ketaatan mereka akan tuntunan firman Tuhan membawa para majus sampai ke Betlehem.
Bertolak belakang dengan sikap Herodes dan para pemimpin agama di Yerusalem: punya kuasa, punya pengetahuan tentang “di mana anak itu lahir”, mereka tahu firman, tapi tidak kunjung dibaca dan direnungkan, mereka berhenti di Yerusalem, tak kunjung ke Betlehem. Mereka hanya tahu sekilas tentang Allah, tidak kunjung mengalami dan melihat Sang Imanuel!.
Bercerminlah dari para majus, milikilah hati majusi. Andalkan Tuhan, tunduklah pada firman-Nya niscaya kita akan sampai di Betlehem dan berjumpa dengan Sang Juruselamat!
Ibadah Natal Komisi Anak GP Kids – 19 Desember 2021
Joyful Christmas
With Tante Chitra & Friends
Kebaktian Umum Minggu Adven III GKMI Gloria Patri – Oleh: Pdt. Yusuf Gunawan
Hati Simeon dan Hana
Lukas 2:25-38
Pada umumnya, tokoh Simeon dan Hana digambarkan sebagai keteladanan pribadi yang telah berusia tua dan sabar dalam penantian kedatangan Mesias, yakni masa penghiburan atau kelepasan bagi bangsa Israel.
Namun sesungguhnya ada satu hal yang amat penting untuk kita pahami dari pribadi Simeon dan Hana yang dapat mempertajam sudut pandang kita tentang Yesus dan yang juga akan menggugah kita menjadi penyembah-penyembah Yesus dengan lebih bergairah, yakni: Bagaimanakah mereka (Simeon dan Hana) bisa dengan yakin 100% mengenali bayi Yesus adalah pribadi Mesias? Mengapa mereka berdua dapat sedemikian spontan dan akurat menyatakan tentang Yesus sebagai penggenapan atas janji kedatangan Mesias dengan sempurna?
Mengapa mereka? Apakah karena hanya mereka berdua yang menantikan hari penghiburan atau kelepasan bagi Israel? Apakah karena Simeon adalah seorang yang benar (righteous) dan saleh (devout) serta mendapatkan jaminan dari Roh Kudus bahwa ia tidak akan mati sebelum bertemu Mesias? Apakah karena Hana adalah seorang nabiah yang sudah tua dan tidak pernah
meninggalkan Bait Allah? Jika hal-hal ini menjadi persyaratannya, maka siapakah yang dapat hidup seperti mereka? Atau, siapakah diantara kita yang berani berkata bisa untuk meneladani pola hidup mereka, misalnya; ketuaan mereka, kesabaran mereka, kekuatan mereka sehingga dapat mengenali ke-Mesias-an Yesus?
Namun kita bersyukur bahwa Alkitab memberikan jawabannya! Simeon dan Hana sama seperti Petrus dapat menyingkapkan dengan akurat tentang keotentikan Yesus adalah Mesias hanya oleh karena Allah Bapa-lah yang mewahyukannya atau menyingkapkannya kepada mereka (Matius 16:17).
Sebab itulah mengapa setiap kita terpanggil agar senantiasa “dipenuhi oleh Roh Kudus”, yakni peka dengan pimpinan Roh Kudus (Efesus 5:18), dan menjadikan “tubuh” kita, yakni kehidupan kita dalam dunia ini, sebagai “persembahan yang hidup”, yakni kesaksian hidup tentang kehadiran Allah. Karena dengan demikian, kita baru bisa dimampukan untuk mengerti kebenaran dan kehendak Allah (Roma 12:1-2, Efesus 5:17-19), Sama seperti Rasul Paulus dapat dengan akurat menyatakan isi Injil oleh karena ia menerimanya semata-mata dari pewahyuan, yakni penyataan, dari Yesus Kristus secara pribadi (Galatia 1:12), demikian juga setiap orang dapat mengaku bahwa “Yesus adalah Tuhan” adalah hanya dimungkinkan oleh karena penyingkapan dari Roh Kudus (1 Korintus 12:3), yakni tentang pribadi dan karya Yesus dengan benar dan yang menggairahkan jiwa kita (2 Timotius 1:12, Yohanes 16:13).
Jadi, apabila kita mau berpola hidup sama seperti Simeon dan Hana yang “dipenuhi oleh Roh Kudus” dan mempersembahkan tubuh kita sebagai “persembahan yang hidup”, maka kita pun juga pasti digairahkan untuk hidup dalam “kesalehan” (kehidupan spiritual; ibadah dan pelayanan) yang produktif, yakni kesalehan hidup yang menghadirkan sukacita, damai sejahtera dan kasih dimanapun kita berada (Kolose 3:16-17).
Dan seperti halnya Simeon dan Hana, kita juga dapat menyatakan tanda atau karakter sebagai seorang yang dipenuhi oleh Roh Kudus atau memiliki panggilan kenabian (Lukas 2:25,27, 36), apabila kita adalah seorang pribadi yang menghayati Firman Allah. Karena tatkala Firman Allah memenuhi hati kita, maka hati kita menjadi seperti “Bait Allah” dimana suara Roh Kudus akan lebih mudah terdengar dan memimpin kita, sehingga kita dimampukan untuk memiliki kepekaan roh untuk mengenali, memahami dan menyatakan kebenaran tentang Yesus dan kehendak-Nya (Lukas 2:29-32,38).
Demikian juga, seperti halnya Simeon dan Hana, kita juga dapat “menatang” (meninggikan, mengakui) Yesus dan “berbicara” (bersaksi) tentang Yesus, apabila kita tetap setia menjalankan panggilan kita masing-masing walau harus dalam kesendirian atau kesepian dalam kurun waktu yang tak menentu tanpa dikenal oleh banyak orang atau istilah kekiniannya hanya mendapat sedikit “likes” atau “follower” bahkan nihil dari para “netizen” (sesama jemaat, rekan pelayanan atau keluarga). (Pdt. Yusuf Gunawan)
~ Soli Deo Gloria ~
Kebaktian Komisi Anak GP Kids Online | 12 Desember 2021
Taat Perintah-Mu
Lukas 1:38
Oleh Kak Uni
Kebaktian Umum Minggu Adven I GKMI Gloria Patri – Oleh: Ev. Andreas Christanday
Hati Bapa
Yohanes 3:1
Salam Pendahuluan
Latar Belakang Tema
Yohanes 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-(laki-laki)-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Garis Besar Khotbah Bertema “Hati Bapa”
- Tidak ada motivasi sebenar dan sebesar kasih
- Dunia, orangnya bukan bumi yang akan dikiamatkan
- Kasih itu memberi
- Anak laki-laki Tunggal mengacu kepada Allah sebagai Bapa; mengacu pada relasi dalam keluarga, dan ini menjawab berbagai pertanyaan; mengacu pada Pengorbanan yang besar.
- Untuk apa tujuannya? Supaya kita diselamatkan dengan pasti karena tidak ada jalan lain.
- Dari kebinasaan kekal Neraka, ini mengerikan karena itu kita harus memberitakan injil
- Setiap orang yg percaya artinya pribadi masing-masing dan ini hanya anugerah (Efesus 2:8-9)
Penutup
Itulah Hati Bapa dan apa yang sudah Ia lakukan bagi keselamatan kita dan sekaligus jadi Teladan. Mari kita renungkan dengan menempatkan diri kita sebagai anak atau Bapa. Bagaimana perasaan hati kita sebagai anak atau sebagai hati Bapa. Dan apa respon kita? (Ev. Andreas Christanday)
Kebaktian Umum GKMI Gloria Patri Minggu, 21 November 2021 – Oleh: Bp. Herdyawan Yoga K
Keluar Dari Lingkaran Dosa
2 Raja-Raja 22:1-20
Bisa jadi, nama pertama yang muncul di benak kita saat mengingat tokoh muda luar biasa yang tercatat di dalam Alkitab adalah nama Timotius. Tidak salah! Namun hari ini kita akan melihat sebagian kisah hidup dari seorang tokoh bernama Yosia. Yosia dicatat di dalam sejarah sebagai salah satu raja yang pernah memimpin kerajaan Yehuda, yang adalah umat pilihan Tuhan.
Ketika kita melihat kehidupan Israel sejak masa Saul hingga pecahnya bangsa ini menjadi dua, bangsa yang dikatakan sebagai umat pilihan Allah ini nyatanya bukanlah bangsa yang hidup sempurna. Kenapa demikian? Kita jumpai bangsa ini berjalan dalam pasang surut kepengikutan kepada Allah. Ada kala mereka takut dan hidup terfokus kepada Allah, namun acapkali
perjalanan mereka diwarnai pemberontakan terang-terangan terhadap-Nya yang dimulai dari raja mereka.
Hari ini, kita melihat satu keping kehidupan para raja di bangsa ini dari seorang Yosia. Raja Yosia mengambil tanggung jawab memimpin negeri di usia yang masih belia. Namun di usia muda ini, Yosia justru menunjukan sesuatu yang menarik, yaitu hidup dengan melakukan yang benar di mata TUHAN di tengah lingkungan dan keluarga yang hidup jauh dari-Nya. Alihalih ikut cara hidup ayah dan kakeknya, Yosia justru hidup memilih teladan yang diberikan Daud bapa leluhurnya yang termasyur hidup berkenan di mata Allah.
Yosia, seorang pemimpin muda yang menyadari kondisi sekitarnya yang jauh dari Tuhan. Untuk itu ia memulai kegerakan rohani di tengah bangsa yang dimulai dari dirinya sendiri dengan Pertama, ia mencari Tuhan, bertobat, dan berikrar setia. Kedua, menjauhkan diri dari dosa dan menyerukan pertobatan kepada orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian, ia keluar dari lingkaran dosa yang ada di sekelilingnya.
Di waktu-waktu ini, kita bersyukur masih memiliki kesempatan untuk mendengar dan mengerti apa yang Tuhan inginkan di dalam hidup kita. Dan jika Tuhan telah berbicara secara pribadi kepada kita, segeralah meresponinya dengan baik. Kerjakan apa yang Tuhan ajarkan tanpa menunggu Tuhan menghajar kita. (hyk)