Devotion, 5 Desember 2022
Ibrani 10:23
Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.
Legenda peselancar Amerika, Laird Hamilton, menulis di blognya, “Laut adalah guru yang hebat.” Dari lautan dia belajar banyak hal dan menjadi prinsipnya. Dia menulis 10 hal yang dia pelajari sebagai seorang peselancar, tetapi hari ini kita menyoroti satu poin dari sepuluh poin yang dia tulis; “Pahamilah bahwa Anda tidak memegang kendali.” Laut mengingatkan, bahwa kita tidak benar-benar memiliki kendali. Sebagai manusia, kita tidak dapat berpikir bahwa kita memegang kendali atas apa pun. Kita bisa membayangkan apa yang terjadi di masa depan, tapi kita tidak punya kekuatan untuk mengendalikannya.
Lebih dari 2 tahun kita dalam kondisi pandemi. Pandemi mengajarkan kita bahwa hidup tidak dapat diprediksi—artinya, manusia tidak memiliki kekuatan untuk mengendalikan pandemi. Banyak hal yang tidak bisa dikendalikan manusia, pandemi adalah salah satu dari seribu hal.
Dalam Alkitab, Ayub, Raja Daud, Murid, dll. mereka tidak dapat mengendalikan apa yang terjadi pada mereka—meskipun mereka memiliki kekuatan seperti Raja Daud—tetap saja mereka tidak dapat mengendalikan penderitaan. Manusia sering merasa Tuhan tidak bekerja dalam penderitaan mereka.
Seorang anak Tuhan yang bernama C. S. Lewis menulis dalam bukunya demikian; “Tuhan, mengapa Engkau lebih mudah ditemukan ketika hidup berjalan dengan baik, tetapi begitu sulit untuk saya temukan ketika hidup saya membutuhkan bantuan Anda?”
Dalam penderitaan, Tuhan seolah-olah tidak melakukan apa-apa dan kita sering kali menarik kesimpulan bahwa Tuhan tidak ada atau Tuhan sudah tidak peduli kepada kita.
Penderitaan bukanlah tanda bahwa Tuhan tidak atau tidak berbuat apa-apa terhadap ciptaan-Nya. Fokusnya bukan pada Tuhan, tapi pada diri kita sendiri, apakah kita mau diam dan mendengar apa yang Tuhan mau lakukan dalam hidup kita?
Jadi, bagaimana cara menghadapi kesulitan dan penderitaan bersama dengan Tuhan? Salah satu caranya adalah dengan berdoa. Berdoa adalah hal penting yang harus dilakukan saat berada dalam penderitaan. Berdoa adalah tanda bahwa kita berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan, Penguasa alam semesta.
Mengapa berdoa? Pertama, ingatkah ketika Daud begitu ketakutan ketika dia melarikan diri dari anaknya Absalom? Di tengah ketakutan akan musuh yang mengepungnya, Daud berkata, “Dari Tuhan datang pertolongan” (Mazmur. 3:8). Dari berdoa kita bisa mendapatkan penguatan sejati dari Tuhan.
Kedua, teguh dalam iman kita. Dalam Yohanes 6:35-40 Yesus berkata, “… barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang (Yohanes 6:37)”. Percayalah kepada-Nya dan Kemahakuasaan-Nya. Dia memegang kendali atas semua hal yang terjadi di bumi. Percayalah pada janji-Nya, karena Dia bisa memastikan janji-janji-Nya digenapi dalam hidup kita. Yesus adalah sumber “roti hidup” dan Ia adalah roti hidup itu sendiri, sehingga Ia dapat kita diandalkan.
Ketiga, saling memperhatikan. Mengapa saling memerhatikan itu penting? Jika kita berhenti pada titik membangun hubungan dan persekutuan dengan Tuhan, dan teguh dalam iman, kita akan berpikir bahwa kita mampu menghadapi badai dan gelombang bada penderitaan dalam hidup ini. Dalam hidup kita, kita tidak hidup sendirian, tetapi ada orang-orang di sekitar kita. Maka, sadarilah keberadaan mereka, dukung dan jadilah teman yang saling melengkapi dan memberkati. berjuang bersama mereka. Kita berharap, Tuhan akan menemukan kita tetap setia ketika hari Tuhan tiba.
Mari berselancar bersama Tuhan. Amin
-Kak Yafet-